![]() |
| Suasana warung makan lesehan pentung yang berada di Kecamatan Jetis |
Sempat beredar di media sosial (medsos) terkait adanya makanan didih di warung lesehan pentung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, yang dinilai menuai pro dan kontra.
Menurut pemilik warung tersebut, Nur Hayati Pamungkasing Tyas meluruskan, disini merupakan warung yang menjual aneka makanan. Seperti soto ayam dan nasi pecel pincuk serta lauk pauk.
"Selain itu, saya juga berjualan daging sapi, usus, balungan dan jeroan di pasar balong, sawoo, maupun bungkal," jelasnya.
Untuk balungan dan didih tidak disediakan di warung. Namun memang kita jual online. "Jadi kalau ada yang memesan ya kita layani," imbuh Tyas (sapaan akrabnya).
Ketika balungan dan didih tersebut dijual online melalui media sosial. "Beberapa netizen menganggap jika jualan tersebut merusak Ponorogo," ujarnya, Rabu (22/9/2021).
Bahkan menyinggung masakan yang lain khususnya tongseng balungan. Ada yang bilang itu wajan -nya bekas menggoreng didih.
"Seharusnya itu hal yang tak perlu dikatakan. Toh, juga ada orang yang pesan didih disini," jlentrehnya.
Selain itu, apa ada aturan berjualan didih itu melanggar di forum jual beli di medsos. Padahal forum jual beli itu kan juga sebagai wadah menambah persaudaraan dan silaturohmi. Semakin banyak komentar, terkadang juga banyak peminatnya.
![]() |
| Nampak pembeli saat makan di warung lesehan milik Nur Hayati Pamungkasing Tyas |
"Heran saya, ada orang yang memblokir pertemanan facebook (FB) saya, kemudian oang itu mengunggah nama FB saya, dan dia memposting jika saya merusak nama Ponorogo. Loh, saya kan juga kaget," bebernya.
Padahal forum jual beli di FB itu -kan bukan ajang argumentasi atau ajang perdebatan hanya karena permasalahan didih. "Kalau saya itu berjualannya narkoba itu baru namanya melanggar. Ini kan cuma didih," ungkapnya.
Di Ponorogo ini kan juga beragam. Jadi janganlah untuk menjustis usaha seseorang. Tidak perlu beradu argumen di medsos dan memposting (bullyan) yang tidak senonoh.
"Di forum jual beli jangan jadi tempat mengunggah aib seseorang. Padahal penjual didih kan juga banyak, tidak hanya saya," paparnya.
Bahkan yang lebih parah lagi, ada satu akun FB yang mengomentari dengan nada ancaman dan intimidasi. Serta menyebutkan beberapa tokoh dan kyai, jika warung saya dianggap mengotori lingkungan.
"Akun FB tersebut mengancam lokasi warung saya akan diratakan dengan tanah," tandasnya. * (dik)


Posting Komentar